Senin, 25 Mei 2015

TEORI-TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



23 Mei 2015
TEORI-TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Oleh : Firda Arwanda
1.    TEORI BELAJAR MENURUT THORNDIKE
A.  Pengertian Belajar
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah segala sesuatu yang dapat merespon atau merangsang apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan. Stimulus dan respon merupakan upaya secara metodologis untuk mengaktifkan siswa secara utuh dan menyeluruh baik pikiran, perasaan dan prilaku (perbuatan). Salah satu indikasi keberhasilan belajar terletak pada kualitas respon yang dilakukan siswa terhadap stimulus yang diterima dari guru.
Definisi belajar tersebut menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar dapat berwujud kongkrit yaitu dapat diamati atau yang tidak dapat diamati.
Dari percobaan Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
·         Hukum Kesiapan (law of readiness)
yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
·         Hukum Latihan (law of exercise)
yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
·         Hukum akibat  (law of effect)
yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah  jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi.

B.     Kelebihan teori Thorndike
Teori ini cenderung mengarahkan anak untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa anak menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya

C.     Kelemahan teori Thorndike
Kelemahan teori Throndike adalah mengakui stimulus dan respon yang tidak bisa diamati dan tidak bias diukur (an observabel), dalam belajar mestinya harus didasarkan pada perbuatan atau tingkah laku yang dapat diamati dan diukur agar hasil belajar benar-benar berkualitas.
Teori ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
D.    Implementasi Teori Thorndike
Aplikasi teori thorndike sebagai salah satu aliran psikologi tingkah laku dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti : tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajan, karateristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Setiap pembelajaran yang berpegang pada teori belajar behavioristik telah terstuktur rapi,dan mengarah pada bertambahnya pengatahuan pada siswa.
Menurut saya jika teori ini diterapkan dalam belajar pembelajaran di Indonesia sangat baik bagi siswa karna tingkah laku yang sering dlatih maka semakin meguat tingkah laku tersebut, apalagi dengan metode yang menyenangkan.
2.      TEORI BELAJAR MENURUT SKINNER
A.    Pengertian Belajar
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka  responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a.       Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar.
b.      Respons si pebelajar.
c.       Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustras,perilaku respons si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

B.     Kelebihan Teori Skinner
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

C.     Kelemahan Teori Skinner
Beberapa kelemahan  dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
a.       Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis.
b.      Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan.
c.       Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

D.    Implementasi Teori Skinner
Menurut saya jika teori ini diimlementasikan pada proses belajar pembelajaran di Indonesia sangat baik karna kecerdesan itu didapatkan dengan belajar.
Selain itu teori ini menerangkan bahwa guru harus mengahargai peserta didik karna bagi sebagian siswa jika dihargai maka akan menguatkan semangat belajarnya.

3.      TEORI BELAJAR MENURUT ROBERT M. GAGNE
A.    Pengertian Belajar
Menurut Gagne bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Bagi gagne belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar merupakan kegiatan yang  kompleks.
Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat, atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat bersifat menetap meskipun hanya sementara. Menurut gagne, ada 3 elemen belajar yaitu, individu yang belajar , situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi.

B.     Kelebihan Teori Gagne
·         Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.
·         Sangat cocok memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan yang mengandung unsure-unsur intrinstik seperti kecepatan spontanitas kelenturan reflek, dan daya tahan.
·         Kelebihan teori ini bahwa menurut gagne semua factor yang kompleks berperan pada proses belajar manusia
C.     Kelemahan Teori Gagne
·         Pembelajarn siswa yang berpusat pada guru, dimana guru bersifat otoriter, komunikasi satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
·         Bersifat meanistik
·         Hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur
·         Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
D.    Implementasi Teori Gagne
Menurut saya teori pembelajaran kognitif ini  tidak baik diterapkan, karana  proses belajar mengajar akan terjalin baik jika murid dan guru saling berkomunikasi.
Belajar yang efektif tidak hanya berpusat pada cara menghafal tetapi juga bisa diterapkan dengan memberikan pemahaman dengan cara melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar.




4.      TEORI BELAJAR MENURUT ALBERT BANDURA
A.    Pegertian Belajar
Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan moral. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
Condisioning adalah prosedur belajar dalam mengembangkan prilaku sosial dan moral. Dasar pemikirannya prosedur belajar dalam mengembangkan prilaku-prilaku lainnya, yakni dengan reward (ganjaran/memberi hadiah) dan punishment (hukuman/memberi hukuman). Dasar pemikirannya ialah sekali seorang siswa mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan prilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment), ia senatiasa berpikir dan memutuskan prilaku sosial mana yang perlu dibuat.
Imitation adalah salah satu cara yang paling penting dalam teori belajar sosial. Menurut teori sosial learning imitation adalah proses peniruan yang dimainkan oleh seorarng model atau tokoh yang akan dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa, biasanya yang dijadikan model adalah orang tua atau guru.

B.     Kelebihan Teori Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi-interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya condisioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak-anak, faktor sosial dan kognitif.

C.     Kelemahan Teori Bandura
Teori pembelajaran sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan(modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

D.    Implementasi Teori Bandura
Menurut saya teori ini baik diterapkan , karna ketika siswa mengerjakan sesuatu yang baik harus diberikan penghargaan, dengan demikian siswa akan timbul keinginan untuk mengerjakan hal-hal yang lebih baik lagi.
Sedangkan siswa yang melakukan hal-hal yang tidak baik harus diberikan teguran atau hukuman, agar siswa memberhentikan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan.

5.      TEORI BELAJAR MENURUT PAVLOV
A.    Pengertian Belajar
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a.       Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b.      Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

B.     Kelebihan Teori Pavlov
Cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk- bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian

C.     Kelemahan Teori Pavlov
Proses pembelajaran sangat tidak menyenangkan bagi siswa karena guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, Perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai belajar yang efektif.

D.    Implementasi Teori Pavlov
Menurut saya teori ini baik diterapkan dalam proses pembelajaran, karana dalam proses belajar pembelajaran dibutuhkan pedekatan antara guru dan murid, untuk memahami prilaku individu. Tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

6.      TEORI BELAJAR MENURUT GESTALT
A.    Pengertian Belajar
Belajar Menurut Pandangan Teori Gestalt adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian dalam suatu situasi permasalahan dan menganggap bahwa Insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku. Belajar Menurut Pandangan Teori Gestalt :
·         Belajar itu Berdasarkan Keseluruhan
Teori Gestalt menganggap bahwa justru keseluruhan itu lebih memiliki makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam keseluruhan. Makna dari prinsip ini adalah pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu masalah. Dari masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
·         Anak yang Belajar Merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak itu bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Apa artinya kemampuan intelektual manakala tidak diikuti sikap yang baik atau tidak diikuti oleh pengembangan seluruh potensi yang ada dalam diri anak. Oleh karenanya mengajar itu bukanlah menunpuk memori anak dengan fakta-fakta yang lepas-lepas.akan tetapi mengembangkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri anak.
·         Belajar Berkat ”Insight”
Telah dijelaskan bahwa Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam suatu situasi permasalahan. Dengan demikian, maka belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu anak akan mendapat insight yang sangat berguna untuk menghadapi setiap problema.
·         Belajar Berdasarkan Pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu. Belajar adalah melakukan re-organisasi pengalaman-pengalaman masa lalu yang secara terus menerus disempurnakan.
Insight yang merupakan inti dari belajar menurut teori gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         Kemampuan Insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok (spesiesnya).
·         Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
·         Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
·         Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang dapat menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan.
·         Apabila insight telah di peroleh,maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi lain.

B.     Kelebihan Teori Gestalt
Teori ini lebih melihat manusia sebagai seorang individu yang memiliki keunikan, dimana mereka harus berhubungan dengan lingkungan yang ada disekitar mereka. Dengan teori Gestalt yang lebih menekankan akan pentingnya pengertian dalam mempelajari sesuatu, maka akan lebih berhasil dalam mencapai kematangan dalam proses belajar.
C.     Kelemahan Teori Gestalt
Karena menurut Gestalt sesuatu yang dipelajari dimulai dari keseluruhan, maka dikawatirkan akan menimbulkan kesulitan dalam proses belajar, sebab beban yang harus ditanggung sangatlah banyak.

D.    Implementasi Teori Gestalt
Menurut saya teori ini sangat baik diterapkan karna interaksi individu dengan lingkungan untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana prosesprosesmental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi.

7.      TEORI MENURUT DAVID P AUSUBEL
A.    Pengertian Belajar
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupaun dengan bentuk belajar penemuan yang
mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna.

B.     Kelebihan Teori Ausubel
Ada tiga kebaikan dari belajar bermakna,yaitu:
·         Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
·         Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer,              jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
·         Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada              subsume, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi “lupa”.
C.     Kelemaha Teori Ausubel
·         Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
·         Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali bagin

D.    Implementasi Teori Ausubel
Menurutnya saya teori ini baik diterapkan karana siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa.
Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

8.      TEORI BELAJAR MENURUT JEROME S. BRUNER
A.       Pengertian Belajar
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan  agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir.
Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner
menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
         Bruner berpandangan belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi  perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam konsep belajar penemuan menurut Jerome Bruner ada tiga episode/tahap yang ditempuh oleh siswa, yaitu:
·         Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya , misalnya tidak ada energy yang lenyap.
·         Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Informasi itu harus dianalisis , diubah atau ditransformasi kebentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
·         Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
Seberapa besar pengetahuan yang diproleh dan ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar ketiga tahapan ini selalu terjadi. Karena yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi. Tiap tahapan tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada hasil yang diharapkan,seperti motivasi murid belajar, minat, keinginan mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri.
Konsep ini juga menjelaskan bahwa prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal peserta didik yang terjadi selama pengalaman belajar dibecrikan dikelas. Pengalaman yang diberikan dalam pembelajaran harus bersifat penemuan yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh informasi dan keterampilan baru dari pelajaran sebelumya.
Oleh karena itu, konsep pembelajaran ini secara sadar mengembangkan proses belajar siswa yang mengarah kepada aspek jiwa dan aspek raga. Sesuai dengan pengertian belajar itu sendiri yaitu Serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan linkungannya yang menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotorik.
Bruner adalah tokoh yang mencetuskan konsep belajar penemuan (discovery), Beliau juga seseorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif, dan  menandai perkembangan kognitif menusia sebagai berikut:
·         Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.
·         Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan system penyimpanan informasi secara realis.
·         Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
·         Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
·         Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
·         Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternative secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.
Teori free discovery learning bertitik tolak pada teori belajar kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori kognitif ini adalah setiap orang memiliki telah memiliki pengetahuan dan penglaman dalam dirinya. Pengalaman dan pengetauan ini tertata dalam bentuk struktur kognetif. Maka dari itu Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang baru, beradaptasi atau berkesinambungan secara ‘klop’ dengan struktur kognetif yang sudah dimilki oleh peserta didik.
Menurut Bruner perkembangan kognetif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan dengan cara melihat lingkungan, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
o   Tahap enaktif pada tahap ini anak didik melakukan aktivitas-aktivitas dalam usaha memahami lingkungan sekitarnya. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu realitas. Artinya, dalam memahami dunia sekitar, anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainnya.
o   Tahap ikonik pada tahap ini anak didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, dalam memahami dunia sekitarnya. Anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
o   Tahap simbolik pada tahap ini peserta didik anak didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem symbol. Semakin dewasa seseorang maka system symbol ini semakin dominan. Peserta didik telah mampu memahami gagasan-gagasan abstrak. Peserta didik membuat abstraksi berupa teoti-teori, penafsiran, analisis dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati dan dialami.
Menurut Bruner belajar untuk sesuatu  tidak usah ditunggu sampai peserta didik mencapai tahap perkembangan tertentu, yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan kepadanya. Dengan kata lain perkembangan kognetif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan belajar yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.


B.        Kelebihan Teori Bruner
o   Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
o   Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
o   Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
o   Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
o   Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
o   Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.

C.        Kelemahan Teori Bruner
o   Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas, hasilnya kurang efektif
o   Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari

D.       Implementasi Teori Bruner
Menurut saya teori Bruner baik diterapkan karena siswa butuh untuk berfikir sendiri , berinteraksi langsung dengan ingkungan dengan begitu anak lebih cepat memahami isi materi yang disampaikan.

9.      TEORI BELAJAR MENURUT EDWIN RAY GUTHRIE
A.    Pengertia Belajar
Menurut Edwin, Belajar adalah sifat yang tumbuh dari jiwa manusia itu sendiri. lebih jauh dikatakan bahwa, keinginan setiap manusia untuk belajar dengan cara yang berbeda-beda dari sesuatu yang pernah terjadi adalah untuk menjawabnya di kemudian hari, dan ini merupakan ciri makhluk hudup yang sehat yang dibekali pikiran.
Teori belajar yang dikembangkan Guthrie cenderung meniru teori yang telah bekembang sebelumnya yakni teori conditioning (thorndike, Skinner dan Phaplov), namun pendekatan yang dipakai adalah one law of learning dan one trial learning. Dalam perkembangan penelitiannya, Guthrie bekesimpulan bahwa belajar merupakan hasil dari sebauh kontinuitas antar struktur, stimuli dan respons belajar. Dari segi hasil dari stimuli dan respon (membentuk sebuah hubungan/asosiasi) yang menimbulkan pengaruh sangat kuat munculnyasebuah respons.
Dijelaskan bahwa jika seseorang mengerjakan sesuatu yang memiliki makna di masa lalu dengan adanya seperangkat stimuli, maka cenderung akan terulang kembali ketika terjadi kombinasi,stimuli serupa.
Pada sisi lain, Guthrie menekankan bahwa model perilaku tidak dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcement, dengan menghadirkan stimulus (conditioning) dengan lingkungan (environment metalistik) maka perlu dapat memunculkan pengalaman-pengalaman dalam belajar.Demikian juga perubahan tingkah laku pada masyarakat (behavior chango) yang sangat mungkin terjadi.
Pada akhirnya Dia memiliki kecenderungan bahwa reinforcement tidak lain adalah upaya merubah struktur stimuli sehingga mencegah seseorang tidak mau belajar. Namun pada satu sisi dia menolak anggapan bahwa teori disiplin formal tentang transfer ilmu dimana cenderung membiarkan kondisi pembelajaran apa adanya dengan berpedoman pada prinsip bahwa belajar sebagaimana apa yang dilakukan.
Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-­deretan tingkah laku yang terdiri dari unit‑unit. Unit‑unit tingkah laku ini merupakan reaksi atau respons dari perangsang atau stimulus sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian menimbulkan response bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demi­kianlah seterusnya sehingga merupakan deretan‑deretan unit tingkah laku yang terus-menerus. Jadi pada proses conditioning ini pada umumnya terjadi proses asosiasi antara unit‑unit tingkah laku satu sama lain yang ber­urutan. Ulangan‑ulangan atau latihan yang berkali‑kali mem­perkuat asosiasi yang terdapat antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku yang berikutnya.
Dalam teori contiguous conditioning , hadiah ( reinforcement ) tidak memainkan peran yang penting dalam belajar ketika telah terjadi asosiasi antara stimulus dan respons. Oleh karena itu ketika setiap stimulus yang berbeda sedikit maka banyak percobaan yang mungkin dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah respons secara umum. Teori kontiguitas menyatakan bahwa lupa terjadi karena adanya halangan dari berlalunya waktu, sehingga stimulus menjadi diasosiasikan dengan respons baru.  Selain itu, pembiasaan yang sebelumnya terjadi dapat berubah oleh asosiasi yang menghalang-halangi respons seperti ketakutan atau kecapekan. Dalam hal ini peran motivasi juga dapat menciptakan dorongan untuk melakukan tindakan yang menghasilkan respons selanjutnya.
Kebiasaan dalam teori Guthrie ini didefinisikan sebagai sebuah respon yang diasosiasikan dengan beberapa stimuli yang berbeda. Untuk menghentikan kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ) maka kebiasaan itu perlu diputus. Untuk itu, perlu memutus pula hubungan antara asosiasi dengan 'cues' yang memunculkan stimuli (rangsangan) dan respons. Ada tiga metode yang ditawarkan oleh Gutrhrie untuk memutuskan kebiasaan yaitu metode ambang pintu ( threshold methode ), metode yang kaku ( fatigue methode), dan metode respons tandingan (incompatable respons methode).
Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan ke dalam kotak puzel. Kemudian kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapi dengan alat yang bila disentuh dapat membuka kotak puzel tersebut. Selain itu kotak tersebut juga dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing dalam kotak. Alat tersebut menujukan bahwa kucing telah belajar mengulang gerakan-gerakan sama yang di asosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya. Ketika dia dapat keluar dari kotak tersebut.
·         Hasil Eksperimen dan Teorinya :
a.       Agar terjadi pembiasaan, maka organisma harus selalu merespons atau melakukan sesuatu.
b.      Pada saat belajar melibatkan pembisaan terhadap gerakan-gerakan tertentu, oleh karena itu instruksi yang diberikan harus spesifik.
c.       Keterbukaan terhadap berbagai bentuk stimulus yang ada merupakan keinginan untuk menghasilkan respons secara umu.
d.      Respons terakhir dalam belajar harus benar ketika itu menjadi sesuatu yang diasosiasikan .
e.       Asosiasi akan menjadi lebih kuat karena ada pengulangan.
Teori Edwin R Guthrie adalah terori pembisaan asosiasi dekat ( contiguous conditioning theory ). Teori ini menyatakan bahwa peristiwa belajar terjadi karena adanya sebuah kombinasi antara rangsangan yang disandingkan dengan gerakan yang cenderung diikuti oleh gerakan yang sama untuk waktu berikutnya.

B.     Kelebihan Teori Edwin
Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

C.     Kelemahan Teori Edwin
Teori ini sering kali ktidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.

D.    Implementasi Teori Edwin
Menurut saya teori ini baik diterapkan dimana siswa harus diberikan stimulu-stimulus yang tepat dan menghasilkan respons yang tepat pula, jika diberikan stimulus yang buruk dan dibiarkan dalam waktu yang lama akan menimbulkan respon yang buruk dan akan menjadi kebiasaan.
Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara S dan R yang buruk yang akan dihilangkannya. Yakni menghilangkan kebiasaan‑kebiasaan buruk yang di­sebabkan oleh suatu perangsang (S) dengan mengubah perangsangnya itu sendiri.

10.  TEORI MENURUT  JOHN WATSON
A.    Pengertian Belajar
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalah “Psychology  as the Behaviourist view it” (1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi.
Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi.
Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting.  Ia menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia percaya bahwa dengan memberikan kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: “Berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan kehendak saya”.
Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya.
Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psikologi.
Beberapa pandangan utama Watson:
a.       Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned
b.      Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting. Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
c.       Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.]
d.      Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.
e.       Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
f.       Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.
g.      Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.
h.      Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.
i.        Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.

·         Teori dan Konsep Behaviorisme dari Watson
Teori belajar S-R (stimulus – respon) yang langsung ini disebut juga dengan koneksionisme menurut Thorndike, dan behaviorisme menurut Watson, namun dalam perkembangan besarnya koneksionisme juga dikenal dengan psikologi behavioristik.
Stimulus dan respon (S-R) tersebut memang harus dapat diamati, meskipun perubahan yang tidak dapat diamati seperti perubahan mental itu penting, namun menurutnya tidak menjelaskan apakah proses belajar tersebut sudah terjadi apa belum.  Dengan asumsi demikian, dapat diramalkan perubahan apa yang akan terjadi pada anak.
Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya.
Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia.Behaviorisme tidak bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada manusia. Apakah seorang manusia tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional. Di sini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar.
Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons yang ditampilkan oleh individu. Respons tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari luar. S singkatan dari Stimulus, dan R singkatan dari Respons.
Pada umumnya teori belajar yang termasuk ke dalam keluarga besar behaviorisme memandang manusia sebagai organisme yang netral-pasif-reaktif terhadap stimuli di sekitar lingkungannya. Orang akan bereaksi jika diberi rangsangan oleh lingkungan luarnya. Demikian juga jika stimulus dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat berubahnya perilaku individu. Misalnya dalam hal kepercayaan sebagian masyarakat tentang obat-obatan yang diiklankan di televisi. Mereka sudah tahu dan terbiasa menggunakan obat-obat tertentu yang secara gencar ditayangkan media televisi. Jika orang sakit maag maka obatnya adalah promag, waisan, mylanta, ataupun obat-obat lain yang sering diiklankan televisi.
 Jenis obat lain tidak pernah digunakannya untuk penyakit maag tadi, padahal mungkin saja secara higienis obat yang tidak tertampilkan, lebih manjur, misalnya : Syarat terjadinya proses belajar dalam pola hubungan S-R ini adalah adanya unsur: dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respons, dan penguatan (reinforcement). Unsur yang pertama, dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya. Seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan tersedianya sejumlah uang untuk membeli buku bacaan tertentu, maka ia terdorong untuk membelinya dengan cara meminta uang kepada ibu atau bapaknya. Unsur dorongan ini ada pada setiap orang, meskipun kadarnya tidak sama, ada yang kuat menggebu, ada yang lemah tidak terlalu peduli akan terpenuhi atau tidaknya.
Unsur berikutnya adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri individu, dan tentu saja berbeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari dalam. Contoh rangsangan antara lain adalah bau masakan yang lezat, rayuan gombal, dan bahkan bisa juga penampilan seorang gadis cantik dengan bikininya yang ketat.
Dalam dunia aplikasi komunikasi instruksional, rangsangan bisa terjadi, bahkan diupayakan terjadinya yang ditujukan kepada pihak sasaran agar mereka bereaksi sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kegiatan mengajar ataupun kuliah, di mana banyak pesertanya yang tidak tertarik atau mengantuk, maka sang komunikator instruksional atau pengajarnya bisa merangsangnya dengan sejumlah cara yang bisa dilakukan, misalnya dengan bertanya tentang masalah-masalah tertentu yang sedang trendy saat ini, atau bisa juga dengan mengadakan sedikit humor segar untuk membangkitkan kesiagaan peserta dalam belajar.
Dari adanya rangsangan atau stimulus ini maka timbul reaksi di pihak sasaran atau komunikan. Bentuk reaksi ini bisa bermacam-macam, bergantung pada situasi, kondisi, dan bahkan bentuk dari rangsangan tadi. Reaksi-reaksi dari seseorang akibat dari adanya rangsangan dari luar inilah yang disebut dengan respons dalam dunia teori belajar ini. Respons ini bisa diamati dari luar. Respons ada yang positif, dan ada pula yang negatif. Yang positif disebabkan oleh adanya ketepatan seseorang melakukan respons terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan yang negatif adalah apabila seseorang memberi reaksi justru sebaliknya dari yang diharapkan oleh pemberi rangsangan.
Unsur yang keempat adalah masalah penguatan (reinforcement). Unsur ini datangnya dari pihak luar, ditujukan kepada orang yang sedang merespons. Apabila respons telah benar, maka diberi penguatan agar individu tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan respons seperti tadi lagi. Seorang anak kecil yang sedang mencoreti buku kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar oleh kakaknya, maka ia bisa terkejut dan bahkan bisa menderita guncangan sehingga berakibat buruk pada anak tadi. Memang anak tadi tidak mencoreti buku lagi, namun akibat yang paling buruk di kemudian hari adalah bisa menjadi trauma untuk mencoreti buku karena takut bentakan. Bahkan yang lebih dikhawatirkan lagi akibatnya adalah jika ia tidak mau bermain dengan buku lagi atau alat tulis lainnya. Itu penguatan yang salah dari seorang kakak terhadap adiknya yang masih kecil ketika sedang mau memulai menulis buku. Barangkali akan lebih baik jika kakaknya tadi tidak dengan cara membentak kasar, akan tetapi dengan bicara yang halus sambil membawa alat tulis lain berupa selembar kertas kosong sebagai penggantinya. Misalnya, “Bagus!, coba kalau menggambarnya di tempat ini, pasti lebih bagus”.
Dengan cara penguatan seperti itu, sang anak tidak merasa dilarang menulis. Itu namanya penguatan positif. Contoh penguatan positif lagi, setiap anak mendapat ranking bagus di sekolahnya, orang tuanya memberi hadiah berwisata ke tempat-tempat tertentu yang menarik, atau setidaknya dipuji oleh orang tuanya, maka anak akan berusaha untuk mempertahankan rankingnya tadi pada masa yang akan datang.
Ada tiga kelompok model belajar yang sesuai dengan teori belajar behaviorisme ini, yaitu yang menurut namanya disebut sebagai hubungan stimulus-respons (S-R bond), pembiasaan tanpapenguatan (conditioning with no reinforcement), dan pembiasaan dengan penguatan (conditioning through reinforcemant).
B.     Kelebihan Teori Watson
·         Teori ini menempatkan klien dalam konteks keluarga, masyarakat dan budaya.
·         Teori ini menempatkan klien sebagai fokus praktek daripada teknologi.

C.     Kelemahan Teori Watson
·         Pemberian kebutuhan biofisik individu kurang penting.
·         Perlu penelitian lebih lanjut untuk diterapkan dalam praktek.

D.    Implementasi Teori Watson
Menurut saya teori ini baik diterapkan karana teori ini memberikan pendapat bahwa proses perubahan ada pada lingkungan, oleh karna itu menciptakan lingkungan yang baik adalah tujuan utama.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas bapak Dirgantara Wicaksono, M.Pd…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar