Selasa, 05 Mei 2015

strategi peer tutoring

BAB 1
Pendahuluan
Berbagai penelitian dalam pendidikan, di antaranya yang dilakukan oleh Zimmerman dan Risemberg (dalam Sungur & Tekkaya, 2006) menunjukkan bahwa keyakinan dan kesadaran untuk memperbolehkan siswa menjadi pembelajar yang bebas sangat berhubungan dengan peningkatan mutu akademis. Pandangan tersebut mampu memberikan peningkatan pada proses belajar mengajar dalam kelas dan faktor-faktor kontekstual lainnya yang secara meyakinkan akan berpengaruh pada pembelajaran siswa dan motivasi. Hal ini berarti guru harus memperhatikan pada usaha strategi siswa untuk mengatur prestasi dan proses-proses yang terjadi dalam belajarnya.Proses-proses regulasi-diri dan kepercayaan yang terfokus pada penelitian sistematis tentang variabel yang mempengaruhi belajar berdasar regulasi-diri pada siswa.
Kemampuan siswa meregulasi-diri dalam proses belajar-nya merupakan kegiatan yang penting dalam proses belajar siswa. Menurut Alsa (2005), teori belajar sosial kognitif sudah menjelaskan konsep ideal pembelajar yaitu pembelajar berdasar regulasi-diri. Istilah belajar berdasar regulasi-diri merupakan terjemahan dari kata asing self-regulated learning. Belajar berdasar regulasi-diri merupakan topik yang sering diteliti dan dipelajari pada beberapa tahun terakhir.Berbagai variabel yang mempengaruhi variabel belajar berdasar regulasidiri diantaranya model pembelajaran Problem Based Learning (Hurk, 2006; Sungur & Tekkaya, 2006), prokastinasi (Wolters, 2003), masa studi (Mullen, 2007), lingkungan belajar, regulasi-diri kognitif, motivasi belajar (Young 2005), kelas akselerasi, tingkat integrasi IT (information technology) yang meliputi kemampuan penggunaan IT dan sikap terhadap IT, motivasi belajar serta interaksi guru dan murid (Yen dkk, 2005).
Berdasarkan model triadik resiprokal dari Bandura, perspektif pembelajaran sosial kognitif belajar berdasar regulasi-diri menekankan dinamika, interaktif dan hubungan triadik resiprokal di antara lingkungan, individu, dan perilaku.Lebih lanjut Bandura menjelaskan peran agen pembelajaran (siswa) dalam merundingkan perkembangan dan mengatur secara langsung pemikiran-pemikiran dari siswa tentang tujuan akademis yang sesuai serta bertindak secara reaktif dan reflektif menyediakan situasi pembelajaran personal siswa (Woolfolk, 2007).
BAB 2
Pembahasan
1.      Pembelajaran Tutor Sebaya (peer tutoring)
Hamalik (1991:73) (dalam Abi Masiku (2003:10)) mengemukakan bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa dapat efisien dan efektif dalam belajar.Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Pengajaran tutoring merupakan pengajaran melalui kelompok yang terdiri atas satu siswa dan satu pengajar (tutor, mentor) atau boleh jadi seorang siswa mampu memegang tugas sebagai mentor, bahkan sampai taraf tertentu dapat menjadi tutor (Winkel, 1996:401).
Secara singkat pengertian tutor dapat diartikan sebagai orang yang memberikan tutorial atau tutoring, sedangkan tutorial atau tutoring adalah bimbingan yang dapat berupa bantuan, petunjuk, arahan ataupun motivasi baik secara individu maupun kelompok dengan tujuan agar siswa dapat lebih efisien dan efektif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jakarta (Tim Perumus, 2008:150) dijelaskan bahwa  baya adalah umur, berumur atau tua, sedang sebaya adalah sama umurnya (tuanya), atau hampir sama (kekayaannya, kepandaiannya, dsb), seimbang atau sejajar. Pengertian lain sebaya menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah hampir sama; (Trisno Yuwono dan Pius Abdullah, 1994:367). Dalam kamus konseling (Sudarsono,1997:31), teman sebaya berarti teman-teman yang sesuai dan sejenis, perkumpulan atau kelompok prapuberteit yang mempunyai sifat- sifat tertentu dan terdiri dari satu jenis. Menurut Ali (2004:99) Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.Oleh karenanya, mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku kelompok sebayanya.
Interaksi antara kawan membuka mata anak terhadap pola tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan tertentu, yang sering dilakukan.Dengan demikian, interaksi ini cenderung untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk pergaulan yang berlaku. Interaksi antara kawan itu menyebakan tersedianya contoh yang lebih representatif tentang apa yang boleh dilakukan dalam kebudayaan itu dibanding dengan yang tersedia di rumah.
Menurut Suryo dan Amin (1984:51), bantuan yang diberikan teman-teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik.Peran teman sebaya dapat menumbuhkan dan membangkitkan persaingan hasil belajar secara sehat, karena siswa yang dijadikan tutor, eksistensinya diakui oleh teman sebaya. Dalam satu kelas selisih usia antara siswa satu dengan siswa yang lain tentu relative kecil atau hampir sama, sehingga dalam satu kelas terdapat kelompok teman sebaya yang saling berinteraksi antara siswa satu dengan yang lain sehingga akan terbentuk pola tingkah laku yang dipakai dalam pergaulan mereka. Dalam interaksi tersebut tidak menutup kemungkinan antar siswa satu dengan siswa yang lain saling membantu dan membutuhkan dalam pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Pembelajaran teman/tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dalam tutor sebaya, teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya(Suherman, 2003:277).
Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi teman-temannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee) yang belum faham terhadap materi/ latihan yang diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif.
Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya (Suherman,  dkk. 2003). Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan.Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya (Sukmadinata, 2007).
Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan. Penerapan metode belajar mahasiswa aktif yang bervariasi dan pelaksanaan tutorial, serta adanya system evaluasi yang konsisten cukup efektif digunakan dalam perkuliahan yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar mahasiswa.Pelaksanaan tutorial teman sebaya dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi kesulitan belajar terutama dalam mengerjakan soal-soal latihan
Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas dan siswa menjadi terampil dan berani mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana semua siswa aktif, siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas, semua perwakilan kelompok berani mengerjakan tugas didepan kelas, siswa berani bertanya dan respon siswa yang diajar sangat tinggi. Penerapan model pembelajaran tutor sebaya telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang terbukti signifikan dimana peningkatan tersebut terlihat dalam setiap siklus belajar.Keunggulan model pembelajaran tutor sebaya juga ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan.
Peer tutoring dan peer assessment merupakan solusi termudah dan solusi dalam menghadapi kendala-kendala dalam pembelajaran komputer terutama disekolah-sekolah yang belum memiliki sarana dan prasarana memadai, tenaga pengajar yang kurang, jumlah siswa dikelas yang sangat besar, dan dana yang terbatas. Pembelajaran dengan memanfaatkan peer tutoring dan peer assessment ternyata mampu mengoptimalkan pembelajaran komputer, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi sekarang ini (Arikunto, S. 2006).
Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya (Suyitno. 2004). Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat orang lain selain guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas atau keluarganya dirumah. Sumber belajar bukan guru dan dan berasal dari orang lain yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai. (Suherman, dkk. 2003).
Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar yang cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik.Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan (Muntasir, 1985).
Melalui tutor sebaya ini siswa bukan hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara demikian siswa yang menjadi tutor melakukan repetition (pengulangan) dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih paham dalam setiap bahan ajar yang disampaikan.

2.      Sintaks Pembelajaran Tutor Sebaya
Langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil ini adalah sebagai berikut.
1)      Pilihlah materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi pelajaran di bagi menjadi sub-sub materi (segmen materi).
2)      Bagilah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya.
3)      Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu bab materi. Setiap kelompok di pandu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
4)      Beri mereka waktu yang cukup, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
5)      Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
6)      Setelah kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.



BAB 3
Penutup
Berdasarkan proses regulasi-diri dari Zimmerman (2008), terdapat tiga tahap proses regulasi-diri, yaitu tahap orientasi ke depan, tahap performansi, dan tahap refleksi diri. Tahap orientasi ke depan terdiri dari dua proses utama yaitu analisis tugas dan keyakinan motivasi diri. Analisis tugas terdiri dari penetapan tujuan dan perencanaan strategi.Keyakinan motivasi diri terdiri dari efikasi diri, harapan terhadap hasil, minat/nilai intrinsik dan orientasi tujuan belajar. Tahap performansi diri terdiri dari dua proses yaitu kontrol diri dan observasi diri. Kontrol diri terdiri dari imajinasi, pengarahan diri, pemusatan perhatian, dan strategi belajar. Observasi diri terdiri dari dua proses utama yaitu pencatatan diri atau perekaman diri terhadap peristiwa personal, dan eksperimen diri untuk mendapatkan penyebab dari peristiwa tersebut.
Glasser dan Brunstein (2007) meneliti 113 siswa sekolah dasar di Jerman dengan metode eksperimen dan metode kualitatif terhadap respon diari selama perlakuan berlangsung. Pada penelitian tersebut siswa yang memiliki strategi komposisi berpikir sebagai salah satu komponen prosedur regulasi-diri yang disbandingkan dengan siswa yang menggunakan strategi komposisi berpikir atau gaya belajar yang sama tapi tidak menerima instruksi regulasi-diri, serta dibandingkan dengan siswa yang menerima pelajaran secara didaktik. Berdasarkan hasil post-test setelah 5 minggu pelaksanaan perlakuan, siswa yang menggunakan strategi komposisi berpikir atau gaya belajar mandiri menghasilkan proses belajar dan hasil belajar yang lebih lengkap dan secara kualitatif memiliki cerita pengalaman yang dialami selama proses belajar yang ditulis dalam diari lebih baik dibandingkan siswa yang tidak menerima instruksi regulasi-diri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar